Di
Susun Untuk memenuhi Tugas :
Mata
Kuliah : Geografi Sejarah
Di
Susun Oleh :
Setya
Agung Priyatmaja @Wahyu
Nur Hidayah @Endah
Setiyoningsih @Hilya
Antami @Dwi
Setyo Adi P.
@Pretty
Hapsari H.S. @Yuli
Setyo N.
PENDAHULUAN
Pembangunan
berbasis kreatifitas dan kemandirian menjadi diskursus yang menarik ntuk
dicermati sebagai upaya menumbuhkan upaya-upaya cerdas menuju tercapainya
tujuan pembangunan bangsa. Pengalaman masa lalu dalam perencanaan pembangunan
yang mengabaikan azaz partisipasi dan demokratisasi, telah membuka pandangan
baru yang lebih berpihak pada kemandirian masyarakat. Menurut Colman Nikon
(1978) pembangunan yang menyebabkan peningkatan dibidang ekonomi, bila tidak
dibarengi dengan penyebaran yang merata antar masyarakat, maka pembangunan
tersebut dikatakan gagal. Oleh karenanya, dibayak negara telah berhasil
meningkatkan derajad kesejahteraan masyarakatnya.pembangunan ekonomi selalu di
upayakan untuk menciptakan kemandirian dan pemerataan kesejahteraan.
Pada tahun 1980-an pengembangan
pariwisata di Indonesia sangat dipengaruhi oleh teori pertumbuhan. Konsep
pembangunan yang mengagungkan paradigma pertumbuhan, yang percaya sepenuhnya
dengan teori-teori tricle-town effect dimana konsep dasarnya adalah dengan
mengembangkan perusahaan besar, secara otomatis akan memberikan pengaruh
positif pada perusahaan kecil dibawahnya atau masyarakat kecil disekitarnya. Ternyata
kajian empiris menunjukkan bahwa asumsi teori modernisasi ini tidak berjalan
dengan baik. Seperti Contoh pengembangan pariwisata di Bali, pada tahun 1970-an
dengan Nation Development Program (UNDP) dibangunlah hotel yang menganut teori
modernisasai tersebut. Konsep ini mendapat kritikan yang sangat tajam, dimana
pariwisata dituduh sebagai neo-kapitalisme, yang hanya mengeksploitasi
masyarakat lokal, sementara keuntungan atau manfaat dari pembangunan sebagian
besar tersedot keluar, dinikmati kaum kapitalis.
Pariwisata konglomerasi memberikan
porsi yang sangat kecil kepada masyarakat lokal. Kesenjangan pendapatan dan
kesejahteraan antar lapisan masyarakat makin besar. Pariwisata konglomerasi
juga di sunyalemen meningkatkan import barang dan jasa, serta membutuhkan lahan
yang sangat luas sehingga banyak lahan penduduk masyarakat lokal yang sudah
berpindah tangan untuk memuaskan sektor pariwisata yang berskala besar
tersebut. Demikian juga kesejahteraan pembangunan infrastruktur semakin tajam
antara daerah tujuan wisata dan daerah non-tujuan wisata.
Dalam pelaksanaan pembangunan
kepariwisataan di Indonesia memiliki banyak tantangan dan peluang yang kalau
dilihat sebagai suatu totalitas memiliki posisi yang semakin kuat karena adanya
difrensi produk yang cukup banyak. Namun dari 25 daerah tujuan wisata di
Indonesia, konsentrasi pembagunan kepariwisataan hanya terjadi dibeberapa
daerah tujuan wisata saja seperti Bali, DIY, Sulawesi selatan, DKI Jakarta, Riau,
dan Sumatera Utara. Pemerintah memberikan dukungan dalam pembinaan dan
pengelolaan kepariwisataan daerah melalui PP No.24 Tahun 1979, yaitu mengenai
pemberian otonomi daerah, walau pada kenyataan kinerja pembangunan dan
pengelolaan belum terwujud secara optimal.
PEMBAHASAN
A.
Wisata Batu Alam
1.
Kota Batu Malang
· Transportasi
a. Transportasi Udara
Bandara Kota Malang
yang dikenal dengan Bandara Abdul Rachman Saleh mulai berkembang sejak Lumpur
Lapindo menghambat perjalanan dari Malang ke Bandara Juanda Surabaya. Saat ini
ada 5 Penerbangan Malang-Jakarta yang dilayani oleh Sriwijaya Air, Batavia Air,
dan Garuda Indonesia tiap harinya.
b. Transportasi Darat
Kota Malang dilalui
oleh jalur kereta api Surabaya-Malang-Blitar-Kediri-Kertosono. Stasiun utama
adalah Stasiun Malang(kota baru) (+444 M), 2 Stasiun lainnya adalah Malang kota
lama dan Stasiun Blimbing. Untuk jalur bus, Terminal Arjosari melayani rute
keseluruh jurusan kota-kota utama di pulau Jawa, Bali, NTB dan Sumatera baik
kelas ekkonomi maupun eksekutif. Terminal Gadang melayani rute Malang-Lumajang,
Malang-Blitar-Tulungagung-Trenggalek. Namun terminal ini telah digantikan oleh
terminal Hamid Rusdi yang terletak kurang lebih 2 km disebelah timur terminal
Gadang. Ada juga terminal Landungsari, Sub-terminal Madyopuro dan Sub-terminal
Mulyorejo. Terminal-terminal ini terhubung dengan berbagai angkutan kota untuk
menuju tempat wisata Batu Malang.
· Kebijakan
Pemerintah
1. Peran Kebijakan
Pengembangan Pariwisata
Secara umum kebijakan pengembangan pariwisata Malang
Raya meliputi kebijakan pengembangan
pariwisata yang dilakukan masing-masing
institusi pemerintah Kabupaten Malang, Kota Malang, maupun Kota Batu yang
dituangkan dalam bentuk produk hukum daerah masing-masing. Namun berdasarkan
data di lapangan berbagai kebijakan pengembangan pariwisata tersebut belum
tertuang dalam bentuk dokumen bersama, maupun dalam bentuk Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata daerah ( RIPPDA ).
2. Implementasi
Kerjasama Pengembangan Pariwisata Malang Raya
Kebijakan antar Pemerintah Daerah tidak
konsisten dan bersifat parsial hal tersebut dibuktikan dari diskresi kebijakan
yang dilkakukan antar ketiga Kepala Daerah, yaitu Bupati Malang, Walikota
Malang,dan Walikota Batu tentang pengembangan dan komersialisasi lapangan udara
Abdurrahman Salaeh, serta pengembangan lintas timur Malang Raya. Kesepakatan
yang pernah dibuat telah berubah dikarenakan tendensi kepentingan yang tidak
sama antar Pemerintah Daerah. Sedangkan kebijakan yang bersufat parsial dapat
dilihat dari kerjasama pemanfaatan sumber air Wendit untuk kepentingan PD.Jaya
Yasa Kabupaten Malang.
3.
Dukungan Peran Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Antar Daerah
Secara umum keterlibatan
masyarakat dalam bentuk dukungan terhadap proses kerjasama antar daerah dalam
pengembangan pariwisata belum pernah dilakukan. Selain kecilnya dukungan
keterlibatan masyarakat lokal di lintas batas antar daerah masyarakat lokal di
lokasi pengembangan ODTW, Pemerintah Daerah kurang melakukan upaya pengembangan
pariwisata dengan melibatkan community base masyarakat sekitar lokasi ODTW,
misalnya
·
Rencana Pengembangan kawasan Junrejo
yang merupakan wilayah lintas batas antara Kabupaten Malang dan Kota Batu
sebagai sentra industri kerajinan dan industri makanan kecil dan rencana
pembangunan miniature objek wisata dunia hingga saat ini belum ada tindak
pembicaraan maupun fasilitasi dari kedua Pemerintah Daerah tersebut.
Model Kerjasama Pengembangan Kawasan Wisata
Malang Raya
Untuk
mewujudkan kerjasama pengembangan kawasan wisata Malang Raya secara nyata perlu
diketahui peta kebutuhan kerjasama pengembangan pariwisata antar daerah yang
meliputi:
1.
Komitmen bersama dari masing-masing
daerah untuk membangun kerjasama yang sinergis dalam pengembangan ODTW agar
lebih optimal dan saling menjaga konsistensi kerjasama, serta adanya pemahaman
kerangka piker yang sama antar instansi, antar eksekutif dan legislative
masing-masing daerah yang melakukan kerjasama, serta masyarakat daerah yang
menjadi stakeholder dalam pengembangan kawasan wisata.
2.
Kesepakatan kerjasama hendaknya diikuti
dengan kebijakan riil dari masing-masing daerah yang terdokumentasi secara
resmi dalam RIPPDA masing-masing daerah dan RIPPDA bersama, serta tindakan
konkret untuk mengimplementasikan kerjasama.
3.
Dalam segala tindakan dan kegiatan agar
selalu mengikutsertakan peran serta masyarakan untuk mendapat dukungan luas
dari masyarakat antar daerah dalam proses pengambilan kebijakan maupun dalam
pelaksanaan kerjasama dalam pengembanngan kawasan pariwisata antar daerah.
4.
Adanya diskresi kebijakan yang tepat
dari lembaga yang beerwenang melakukan koordinasi ditingkat provinsi.
5.
Untuk mengkomodasi akselerasi proses
kerjasama pengembangan kawasan pariwisata antar daerah, perlu dibangun forum
jaringan komunikasi daerah dan antar daerah hingga tingkat desa yang melibatkan
masyarakat, LSM, pejabat pemerintah dan anggota DPRD dalam rangka membangun
kesepahaman terhadap urgensitas pengembangan kawasan pariwisata melalui
kerjasama antar daerah.
· Peran
Masyarakat
Peran
masyarakat terhadap objek wisata Batu Malang adalah dengan cara ikut membantu
dalam menjaga objek wisata Batu Malang dengan tidak membuang sampah
sembangrangan karena dapat menghambat saluran air. Sarana dan prasarana
disekitar wisata batu Malang dirawat. Masyarakat sekitar dengan tetap menjaga
keaslian alam daerah tersebut karena memang aset utama daerah tersebut adalah
pemanangan alamnya yang indah dan hawanya yang sejuk.
· Data-data
kunjungan Wisata
No
|
Tahun
|
Jumlah
pengunjung
|
Pendapatan
jumlah pengunjung
|
1
|
2000
|
50.500
|
Rp.
16.455.000
|
2
|
2001
|
69.350
|
Rp.
23.250.000
|
3
|
2002
|
40.850
|
Rp.
12.155.000
|
4
|
2003
|
43.750
|
Rp.
13.950.000
|
5
|
2004
|
46.755
|
Rp.
15.150.000
|
2.
Waduk Kedung ombo
·
Transportasi
Sarana
transportasi meliputi kendaraan umum, taksi, angkutan desa/kota, bus, dari
terminal Kabupaten antar kota atau antar provinsi. Jalur provinsi melalui
kabupaten Boyolali adalah jalur utama pantura Surakarta-Jakarta. Transportasi
udara juga tersedia dengan adanya bandara udara Adi Sumarmo yang berjarak
sekitar 20 km dari Boyolali kota. Sedangkan untuk sarana Laut dapat menggunakan
pelabuhan Tanjung Mas Semarang yang dapat ditempuh selama 1,5 jam perjalanan
darat.
·
Kebijakan pemerintah
Kebijakan
Pemerintah Dati II Grobogan, Boyolali, dan sragen
1. Kebijakan
Pemerintah Dati II Grobogan
Mengembangkan objek wisata dikawasan Waduk Kedung
Ombo, yaitu disekitar dam site, dengan memanfaatkan potensi alam dan bendungan.
2. Kebijakan
Pemerintah Dati II Boyolali
Mengembangkan objek wisata di kawasan Waduk Kedunng
Ombo yaitu disekitar Desa Wonoharjo, kecamatan Kemusung dengan memanfaatkan
potensi alam yaitu hutan milik KPH Telawa Juwangi serta hamparan Waduk Kedung
Ombo.
3. Kebijakan
Pemerintah Dati II Sragen
Mengembangkan objek wisata dikawasan Waduk Kedung
Ombo yaitu disekitar Gunung Kemukus Desa Pendem, dengan memanfaatkan potensi air
waduk kedung ombo serta potensi wisata budaya.
a.
Potensi Alam
-
Panorama yang berbukit indah dan sejuk
- Hamparan air
waduk Kedung Ombo yang difungsikan sebagai obyek wisata air dengan perahu boat.
b.
Potensi bangunan fisik
-
Bendungan waduk Kedung Ombo dengan panjang 1,8 km dan lebar atas 18 m, sedangkan
tingginya 96 m
-
Tempat penjualan ikan bakar khas Kedung Ombo
-
Gedung serbaguna
-
Ruang pertunjukan terbuka
-
Mushola
-
Toilet
-
Pintu gerbang masuk
-
Arena bermain anak-anak
·
Peran masyarakat
Masyarakat ikut serta dalam melestarikan dan menjaga
objek wisata waduk kedung ombo dengan baik, selain itu masyarakat setempat juga
dapat bekerjasama dengan pengelola tempat wisata waduk kedung ombo menciptakan
lapangan pekerjaan masyarakat bisa menjual souvenir yang khas dari waduk kedung
ombo maupun yang khas lainnya.
·
Data-data kunjungan wisata
Anggaran pendapatan
jumlah pengunjung
No
|
Tahun
|
Jumlah pengunjung
|
Pendapatan jumlah
pengunjung
|
1
|
2000
|
57.252
|
Rp.
11.382.660
|
2
|
2001
|
67.229
|
Rp.
20.044.560
|
3
|
2002
|
41.986
|
Rp.
19.096.740
|
4
|
2003
|
43.903
|
Rp.
24.172.110
|
5
|
2004
|
48.762
|
Rp.
28.651.290
|
B. Wisata
Sejarah
1. Semarang
Faktor pendukung pengembangan
wisata
a. Transportasi
Sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh wisatan adalah
transportasi, penginapan, restoran yang ada di kota Semarang. Transpotasi di
Semarang banyak didukung oleh keberadaan Bandara Ahmad Yani, Terminal Terboyo,
Pelabuhan Tanjung Emas, Stasiun Tawang, dan Stasiun Poncol.
b. Kebijakan
pemerintah
Untuk
mendukung keberhasilan program-program pemerintah terutama di bidang kepariwisataan
dibutuhkan kerjasama semua pihak. Kesadaran dan peran semua pihak yang terkait
baik itu wisata maupun pemerintah sangat dibutuhkan demi suksesnya pembangunan
kepariwisataan. Kerjasama antara pemerintah dengan industri swasta dalam
pengembangan obyek wisata tempat-tempat yang bernilai historikal di kota
Semarang dapat diformulasikan dengan beberapa kebijakan antara lain:
· Peningkatan
kerjasama pemerintah dengan pihak swata
Dengan
cara memantapkan koordinasi dan kerjasama dengan pelaku-pelaku pariwisata,
misalnya kerjasama pemerintah dengan industri, restoran, biro perjalanan, dan
toko souvenir. Kerjasama ini juga dilakukan dengan lembaga-lembaga pendidikan
yang berupa pelatihan-pelatihan dan penelitian-penelitian yang mengenai
beberapa cara memanfaatkan tempat-tempat bernilai historical yang kemudian
digunakan untuk menunjang dunia pariwisata.
· Penambahan
dan pengadaan sarana dan prasarana obyek wisata
Dengan menambah dan pengadaan
terhadap sarana dan prasarana yang dapat menunjang kepuasan pelayanan untuk
wisatawan, misalnya tersedianya sarana transportasi yang baik, tempat ibadah,
tempat penginapan, restoran, dan kamar kecil yang bersih di kawasan wisata.
· Peningkatan
kualitas sumber daya manusia
Dengan cara meningkatkan
kualitas keterampilan pfofesi bagi insan pariwisata, misalnya pemberian diklat
tentang pemanfaatan obyek wisata sejarah, penentuan tentang kawasan yang dapat
dikembangkan sebagai obyek wisata sejarah yang masih ada hingga kini, dan juga
diklat yang menghubungkan dengan pelestarian tempat-tempat bersejarah yang
sesuai dengan UU Cagar Budaya.
· Distination
information sistem dikembangkan
Dengan cara mengaktifkan
kegiatan-kegiatan pemasaran obyek wisata baru yang berupa tempat-tempat
bersejarah, sekaligus memberikan informasi yang jelas dan mudah terhadap obyek
tersebut. Misalnya, pembuatan prosedur-prosedur obyek wisata sejarah yang
ditempatkan di tempat-tempat yang strategis seperti, bandara, terminal, stasiun
kereta api, dan tempat-tempat keramaian seperti, pasar. Dalam brosur ini harus
menjelaskan dan dapat memberikan inormasi-informasi mengenai lokasi dari
tempat-tempat yang bersejarah tersebut, keunikannya, dan transportasi menuju ke
kawasan tersebut.
· Peningkatan
penyuluhan sadar wisata berdasarkan Sapta Pesona
Dengan cara meningkatkan
terhadap pemberian penyuluhan sadar wisata kepada masyarakat luas, khususnya
masyarakat yang berada di daerah atau kawasan obyek wisata, dengan materi
penyuluhan berwawasan Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah,
dan Kenangan).
c. Peran
masyarakat
Dalam mewujudkan peran serta masyarakat dalam
melestarikan dan menjaga wisata yang ada dilakukan dengan segala usaha dan
upaya untuk tetap mempertahankan kelestarian wisata tanpa menganggu kerusakan
lingkungan tanpa adanya suatu hal yang bisa mengganggu suatu proses pelestarian
wisata dengan tetap berpegang pada ketentuan dan kaidah yang ada di masyarakat.
d. Data-data
kunjungan wisata
No
|
Tahun
|
Jumlah
pengunjung
|
Pendapatan
dari jumlah pengunjung
|
1
|
2004
|
49.450
|
Rp.
18.755.000
|
2
|
2005
|
51.250
|
Rp.16.555.000
|
3
|
2006
|
50.755
|
Rp.
19.755.000
|
4
|
2007
|
48.635
|
Rp.
15.350.000
|
5
|
2008
|
53.455
|
Rp.
21.550.000
|
C. Wisata
Bahari
1. PRPP /
Marina Semarang
Faktor pendukung pengembangan
wisata
a. Transportasi
Perkembangan
infrastruktur kota dalam menyediakan sarana transportasi yang memadai seperti
perkembangan bandara A.Yani sebagai bandara Internasional,pengembangan terminal
terpadu Mangkang dan rencana pengembangan terminal penupang laut Tanjung Mas
diharapkan dapat semakin mengeliatkan roda perekonomian kota.
Sarana Pendukung Lain
1. Musholla
tempat ibadah bagi umat muslim ini mutlak harus ada pada setiap tempat wisata
dan sarana wisata (terminal,pelabuhan,bandara,dsb) selain harus bersih musholla
juga harus memiliki sistem air yang bagus karena tanpa ada air musholla juga
tidak akan beerfungsi dengan baik.
2. Toilet,Keutamaan
dari tempat ini adalah masalah kebersihan maka harus ditempatkan petugas
kebersihan yang bertugas membersihan setiap hari,toilet yang bersih dan nyaman
akan menbuat pengunjung akan semakin betah dan semakin memberikan kesan bahwa
tempat wisata tersebut layak untuk dikunjungi.selain kebersihan fasilitas air harus ada karena
memang air adalah faktor pendukung utama dari layak dan tidaknya toilet
digunakan.
3. Area
Bermain Anak, selain orang tua yang mengujungi tempat wisata adalah anak-anak
kita tahu bahwa anak selalu mengisi aktifitasnya dengan bermain maka disetiap
tempat wisata hendaknya diberi fasilitas ini seperti ayunan, prosotan, tempat
petak umpet mini, dan sebagainya. Tentunya fasilitas ini harus aman jangan
sampai justru menimbulkan bahaya bagi anak maka pengawasan dari orang tua harus
tetap ada.
4. Area Out
Bond, selain untuk refresing out bond juga akan memberikan kesan kepada
pengunjung bahwa tempat wisata ini akan memberikan pelajaran kepada
pengunjung akan arti bekerja sama, berani
menghadapi tantangan, dan menghargai alam.
b. Kebijakan
pemerintah
Kebijakan
pemerintah kota Semarang yang berkaitan dengan penanganan pantai, garis pantai
kota Semarang sepanjang 18 km yang terbagi dalam tiga karakteristik kawasan.
Kawasan bagian barat dari Kendal hingga kawasan PRPP/Marina merupakan kawasan
alamiah yang bisa dikembangkan sebagai kawasan konservasi, pertanian pantai,
dan perkembangan pariwisata. Sedangkan kawasan pantai bagian tengah antara lain
pantai di PRPP/Marina hingga Pelabuhan merupakan areal pengembangan fungsional
perkotaan. Sedangkan kawasan timur, yaitu dari Pelabuhan Tanjung Mas hingga
kabupaten Demak berkembang kegiatan pertanian yang berupa tambak.
Visi dan
Misi Kota Semarang Tahun 2001-2005 yang ditetapkan dalam rencana strategi kota
Semarang yaitu terwujudnya masyarakat kota pantai metropolitan yang mumpuni.
Terkait dengan Visi kota Semarang kebijakan pembangunan pariwisata diarahkan
pada pengembangan dan pemanfaatan potensi-potensi pariwisata secara maksimal
terutama wisata bahari, potensi alam yang berupa pantai di pesisir utara kota
Semarang.
c. Peran
masyarakat
Masyarakat
berusaha untuk membantu dalam usaha menjaga ketertipan serta keamanan di dalam
lingkungan obiyek wisata tersebut maupun di luar obyek wisata tersebut.
Masarakat juga ikut barpartisipasi dalam berjualan sofenir, menjaga keamanan
lingkungan obiyek wisata dengan cara menjadi petugas parkir kendaraan supaya
kendaran-kendaran pengujung yang datang bisa terkendali dengan baik dan rapi, Masyarakat ikut andil bekerja
di Loket penjualan karcis masuk obiyek wisata, adanya peran serta masyarakat
dalam kebersihan di lingkugan wisata, masarakat ikut menjaga keamanan
lingkungan wisata baik di malam hari maupun di siang hari dengan cara menjadi
penjaga malam maupun menjadi satpam di obyek wisata tersebut.
d. Data-data
kunjungan wisata dan pendapatan
No
|
Tahun
|
Jumlah pengunjung
|
Pendapatan dari jumlah
pengunjung
|
1
|
2000
|
53.455
|
Rp
9.650.000
|
2
|
2001
|
68.355
|
Rp
22.350.000
|
3
|
2002
|
45.659
|
Rp
23.850.000
|
4
|
2003
|
43.750
|
Rp 20.450.000
|
5
|
2004
|
40.789
|
Rp 17.950.000
|
PENUTUP
KESIMPULAN
Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai
banyak tempat wisata yang menarik buat dikunjungi baik dari wisatawan domestik
maupun wisatawan manca negara. Tempat wisata ini tersdapat hamper diseluruh
pelosok penjuru Indonesia, misalnya Waduk Kedung Ombo yang terletak di antara tiga kabupaten yaitu
Kabupaten Grobogan, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Boyolali objek wisata ini
memperlihatkan bengungan airnya serta panorama yang berbukit indah dan sejuk. Kota
Batu Malang ini merupakan tempat yang menarik juga buat dikunjungi yang berada di kota Malang Jawa Timur
memperlihatkan suasana objek wisata yang sejuk dan indah yang menjadi daya
tariknya yaitu wisata budaya dan alam. Di Semarang Jawa Tengah terdapat tempat
wisata yang menarik yaitu PRPP(Pantai Marina) dan wisata sejarah seperti Kota
Lama, Sam Poo Kong dll. Dan masih banyak tempat wisata yang menarik di
Indonesia. Perkembangan suatu tempat wisata itu sendiri tidak lepas dari peran
pemerintahan dalam kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pariwisata, peran
masyarakat, jumlah pengunjung serta transportasi atau sarana dan prasarana yang
mendukung. Di berbagai tempat atau
daerah mempunyai cara atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam
mengembangkan objek wisata agar objek wisata itu lebih menarik perhatian para
wisatawan bahkan dilakukan kerjasama dengan pihak swasta.
DAFTAR PUSTAKA
Karyono,
A. Hari. (1997). Kepriwisataan.
Gramedia. Jakarta.
Suwantoro,
Gamal. (1997). Dasar-dasar pariwisata.
Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
http://
www.ragam budaya nusantara.com
http://
www. jayinsanpariwisata.blogspot.com
http://
www.wikipedia.com/transportasi di malang dan boyolali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar